Segala puji hanya milik Allah Swt. Dzat Yang
Maha Suci dari segala kekurangan. Shalawat
dan salam semoga selalu terlimpahkan
kepada Rasulullah Saw. Insan pilihan Allah
Swt. sebagai suri teladan bagi seluruh alam.
Saudaraku, dalam hidup ini kita sebagai
makhluk yang tiada pernah luput dari
kesalahan, tidak pernah bisa menyenangkan
hati semua orang. Dalam setiap sikap kita,
selalu saja ada yang suka dan tidak suka.
Sebesar apapun usaha kita untuk berbuat
kebaikan, akan ada saja yang bersimpati dan
yang tidak.
Jangankan kita yang merupakan manusia
biasa, bahkan nabi Muhammad Saw. yang
sudah dijamin oleh Allah Swt. bersih dari dosa
(ma’shum), tetap ada yang mencintai dan ada
pula yang membencinya. Nabi Muhammad
Saw. yang sedemikian mulia akhlaknya,
dikenal amanah dan jujur sejak belia, tetap
saja ada yang menyakiti dan menghinanya.
Bahkan, orang-orang di masa kini pun ada
yang membenci Rasulullah Saw. Sampai-
sampai ada yang berani membuat berbagai
karikatur yang berisi penghinaan terhadap
beliau. Ada juga yang menulis berbagai fitnah
tentang beliau.
Namun, apakah berbagai penghinaan itu
mengurangi kemuliaan Rasulullah Saw.?
Sedikitpun tidak! Rasulullah Saw. tetap diakui
sebagai sosok yang paling agung dan paling
berpengaruh di dunia.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah
Saw., “Wahai Rasulullah, pernahkah engkau
mengalami hari yang lebih buruk dari perang
Uhud?” Rasulullah Saw. menjawab, “Aku
pernah menemui kaum yang sangat kejam
yang belum pernah aku temui sebelumnya.
Yaitu hari di mana aku menemui kaum di
kampung Aqabah (Thaif), ketika aku
bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi
Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk
menyebarkan Islam).
Akan tetapi, dia tidak memenuhi
permintaanku. Akupun pulang dalam keadaan
wajah yang berdarah (karena perbuatan
warga Thaif yang melempari batu). Ketika aku
berhenti di Qarnul Tsa’alib, aku melihat awan
menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu,
malaikat Jibril memanggilku dan bertanya,
“Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan
kaummu dan penolakan mereka terhadapmu.
Allah telah mengutus malaikat penjaga
gunung kepadamu.”
Kemudian, malaikat menawarkan kepada
Rasulullah Saw. apakah beliau mau jika dua
gunung yang ada di kota Mekkah ditimpakan
kepada mereka sebagai pembalasan. Namun,
bagaimana jawaban Rasulullah Saw.?
Rasulullah Saw. yang mulia menolak tawaran
itu. Tidak terbersit sedikitpun di dalam hati
beliau niat untuk membalas sikap buruk
mereka. Rasulullah Saw. justru mendoakan
mereka, “Aku berharap mudah-mudahan Allah
mengeluarkan dari tulang rusuk mereka
(keturunan) yang menyembah Allah Yang
Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya
dengan apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah! Saudaraku, dari kisah ini kita
bisa mengambil pelajaran berharga. Bahwa
Rasulullah Saw. tidak pernah membalas sikap
buruk orang lain kepada beliau dengan
keburukan. Rasulullah Saw. justru tetap
melanjutkan perbuatan baik terhadap mereka.
Salah satu cara Rasulullah Saw. menyikapi
hinaan adalah dengan mendoakan orang-
orang yang menghinanya. Beliau mendoakan
agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah
Swt. sehingga bisa berada di jalan yang lurus.
Rasulullah Saw. memahami bahwa yang bisa
beliau lakukan adalah menyeru mereka kepada
kebaikan, adapun hidayah adalah kekuasaan
Allah Swt.
Oleh karena itu saudaraku, janganlah
membalas hinaan orang kepada kita dengan
perbuatan yang sama. Sungguh tidak
berbahaya hinaan orang itu. Yang berbahaya
adalah jika kita yang melakukan penghinaan
itu. Hinaan orang tidaklah berbahaya, yang
berbahaya adalah jika kita melakukan
perbuatan hina.
Jangan membalas hinaan dengan hinaan,
karena sesungguhnya orang yang melontarkan
ucapan-ucapan buruk tiada lain adalah
sedang memperlihatkan keburukan dirinya
sendiri.
Bukankah moncong teko hanya mengeluarkan
apa yang ada di dalam teko. Jika isinya air
jernih, maka yang keluarpun jernih. Jika isinya
air kotor, maka itulah yang keluar.
Semoga Allah Swt. melimpahkan hidayah
kepada kita sehingga setiap ucapan dan
tindakan kita senantiasa terjaga dan
terpelihara. []
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa
Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren
Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
0 comments:
Post a Comment