Semoga Alloh Swt. Yang Maha Menatap,
senantiasa melimpahkan petunjuk-Nya kepada
kita sehingga menjadi orang-orang yang
selamat dalam perjalanan di dunia menuju
akhirat. Sholawat dan salam semoga selalu
terlimpah kepada Rosululloh Saw.
Saudaraku, hidup di dunia ini adalah
rangkaian permasalahan, rangkaian ujian.
Setiap hari selalu saja kita temui persoalan
yang boleh jadi membuat kita pusing, stres,
galau, resah, gelisah, hingga putus asa. Dunia
itu memang begitu. Namun, jikalau kita tidak
tahu ilmunya, maka kita akan berhenti pada
keadaan galau, resah dan gelisah tadi.
Alloh Swt. berfirman, “Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh
mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS. Al Ankabuut [29] : 2-3)
Jelas sekali bahwa ujian adalah konsekuensi
dari pernyataan keimanan kita. Alloh pasti
akan menguji kesungguhan hamba-Nya yang
menyatakan iman, yakin, percaya kepada-Nya.
Mungkin kemudian ada orang yang berkata,
“Ah kalau begitu saya tidak akan beriman
supaya tidak dapat ujian.” Nah, orang seperti
ini malah lebih tragis lagi.
Padahal Alloh Swt. menghadirkan ujian
kepada kita tiada lain adalah untuk menaikkan
derajat kita. Jika sebelumnya hanya manusia
yang biasa-biasa saja, maka kemudian
menjadi manusia yang sholeh dan ahli ibadah,
kemudian naik lagi menjadi hamba yang
muhsin, yang senantiasa merasakan
kehadiran Alloh di mana saja dan kapan saja.
Kemudian naik lagi menjadi hamba yang
mencintai Alloh dan dicintai oleh-Nya. Dan
seterusnya.
Maa syaa Alloh.
Seperti seorang anak yang belajar di Sekolah
Dasar (SD), makanala ia ingin naik levelnya ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka
pasti ada ujiannya. Seorang anak di level SMP
yang ingin naik ke Sekolah Menengah Atas
(SMA), maka tentu juga ada ujiannya.
Demikian seterusnya. Begitulah gambaran
hidup ini. Ujian dari Alloh Swt. datang untuk
menguji keimanan kita agar keimanan kita
semakin bertambah tinggi levelnya, semakin
indah derajatnya.
Mengapa Siti Hajar harus berlari-lari dahulu
untuk mencari air di antara bukit Shafa dan
Marwa, padahal bukanlah jika Alloh mau
memberikan air kepadanya begitu sangat
mudah. Mengapa tidak langsung saja oleh
Alloh air itu dihadirkan? Tiada lain adalah
agar menjadi amal ibadah bagi Siti Hajar.
Mengapa kita harus hiruk pikuk bekerja?
Padahal bagi Alloh begitu sangat mudah jika
mau memberikan rezeki-Nya kepada kita.
Tiada lain adalah agar hirup pikuk itu menjadi
amal sholeh bagi kita. Tidakkah kita ingat
bahwa hidup kita di dunia ini adalah untuk
beribadah kepada Alloh Swt.
Saudaraku, lihatlah betapa Rosululloh Saw.
yang derajatnya sangat mulia di hadapan
Alloh Swt., mendapatkan ujian yang begitu
berat. Dicaci, dihina, dibenci, disakiti, diboikot,
diperangi. Jika mau jujur, ujian yang
menimpa kita saat ini belumlah seberapa.
Memang begitulah hidup ini. Semakin kita
sungguh-sungguh beriman kepada Alloh,
semakin ujian itu akan datang. Tapi, sungguh
ujian-ujian itu tidaklah berbahaya, karena
yang berbahaya adalah cara kita mensikapi
ujian tersebut.
Rosululloh Saw. bersabda, “Tidaklah seorang
muslim ditimpa kelelahan, sakit, sedih, duka,
gangguan, gundah gulana (kerisauan), bahkan
duri yang menusuknya, melainkan Alloh akan
hapuskan dengannya (musibah itu)
kesalahan-kesalahannya“. (HR. Bukhari)
Subhaanalloh. Semoga kita tergolong hamba-
hamba Alloh Swt. yang senantiasa mensikapi
berbagai bentuk ujian dengan sikap ridho,
sabar dan tawakal sembari menyempurnakan
ikhtiar. Sehingga sepahit apapun ujian itu,
tetap menjadi ladang amal sholeh bagi kita,
dan menjadi sarana menaikkan derajat kita di
hadapan Alloh Swt. Aamiin yaa Robbal
‘aalamiin.[]
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa
Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren
Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
0 comments:
Post a Comment