2-Manhaj Talaqqi
Talaqqi adalah pengambilan ilmu dengan
memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan,
keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang
semacam ini sangat berarti dalam irama men-
jaga dan mengkaji ahlu sunnah wal jamaah
yang benar. Disini bukan berarti seseorang
tidak boleh memperluas ilmu dengan cara
membaca, akan tetapi disini lebih ditekankan
kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar
aqidah yang benar yang diambil dari guru yang
jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara
dengan akal pikirannya ke berbagai disiplin
ilmu atau untuk menelaah pemikiran-pemikiran
aqidah yang berbeda.
Dan pada dasarnya cara ini sudah mengakar
dan membudaya di lingkungan pe-santren-pesa
ntren salaf yang diasuh oleh para ulama
dengan metode sorogan atau memindah ilmu
dengan membaca kitab secara kalimat
perkalimat dari awal hingga akhir. Seperti yang
sangat kita sering dengar dengan pengenalan
kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam,
Jauharotut tauhid dan yang lainnya yang secara
ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari
aqidah ahlu sunnah wal jamaah. Maka menjaga
mata rantai dan kesinambungan keilmuan
seperti ini adalah sangat penting. Dan dalam
pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak
menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang
tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para
pendahulunya dan cara yang di anut oleh
pendahulunya dalam mengambil lmu.
Ada 3 hal yang amat penting untuk kita cermati
dalam masalah manhaj talaqqi terhadap
kerusakan aqidah ahlu sunnah wal jamaah .
1. Dari awal pendidikan agamanya memang
tidak dikenalkan dengan aqidah yang benar
melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj
talaqqi. Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa
jika ada pesantren atau ada lembaga
pendidikan yang tidak berpegang kepada
manhaj talaqqi sudah tidak ada lagi maka yang
terjadi adalah mudah tercemar oleh aqidah
yang sesat.
2. Manhaj talaqqi masih di berlakukan akan
tetapi itu hanya sekedar pembacaan rutin
tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam.
Hal ini akan menjadikan seseorang akan mudah
tercemar oleh aqidah-aqidah yang sesat karena
disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah
yang mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan
bertebaran melalui media-media yang saat ini
menjadi lebih dekat kepada masyarakat seperti
televisi, radio dan buletin-buletin yang semua
itu lebih mudah dibaca dengan bahasa lokal
yang mudah di fahami seiring berkem-bangnya
dunia tehnologi. Semen-tara penyeru kesesatan
pun sangat gigih dalam menyebarkan
kesesatan.
3. Semangat ingin tahu kepada agama yang
tinggi yang tidak dibarengi dengan bim-bingan
seorang guru dan hanya hanya mengandalkan
kemampuannya dalam membaca buku-buku
yang ditemukannya di toko-toko buku atau
yang dibaca melalui internet. Hal yang
semacam inilah yang kami cermati telah benar-
benar menjadikan aqidah kita semakin hari
semakit keropos.
Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah
telah dengan gigihnya membuat radio-radio,
mencetak buku-buku murah dan gratis serta
selebaran yang dibagi secara cuma-cuma
Sebagai contoh, di kebanyakan kota kabu-paten
penyebar aqidah sesat itu berusaha untuk
mempunyai radio karena mereka yakin dengan
adanya radio mereka bisa mempengaruhi ma-
syarakat luas yang sebenarnya dihati mereka
ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama.
Dengan membuat stasiun radio ternyata tanpa
kita sadari telah berpengaruh besar terhadap
kesesatan.
Justru kita sebagai pembawa aqidah yang benar
kita kurang berfikir maju untuk me-nguasai
media informasi demi membendung arus
penyesatan aqidah. Hubungannya dengan
manhaj talaqqi yang kami sebut adalah kita
jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan
manhaj talaqqi. Dan kita harus berusaha agar
media-media yang ada dan juga toko-toko
buku bisa dipenuhi oleh orang-orang yang
mem-punyai aqidah yang benar dan menekuni
manhaj talaqqi. Dan jangan membaca buku
aqidah kecuali atas petunjuk guru yang mem-
punyai manhaj talaqqi.
Hakekat Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Ahlu sunnah wal jamaah adalah manhaj
beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama
mereka sangat mencintai keluarga Nabi
Muhammad SAW. Kedua, mereka juga sangat
mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.
Maka tidak cukup orang mengaku ber-agama
Islam akan tetapi dengan mudah mereka
mencaci para sahabat nabi Muhammad SAW.
Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah
model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah
Imamiyah Itsnata ’asyariyah) dengan ciri khas
paling menonjol dari mereka adalah
mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW
akan tetapi merendahkan para sahabat Nabi
Muhammad SAW.
Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam
akan tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi
Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli
sunnah waljamaah model ini diwakili mereka
mempunyai ciri khas yaitu yang tidak peduli
dengan urusan ahlul bait nabi Muhammad SAW
mencoba merendahkan sayyidina Ali bin abi
Tholib biarpun di sisi lain mereka mengakui
para sahabat nabi Muhammad SAW .
Ringkasnya ahlu sunnah wal jamaah adalah
mereka yang memuliakan ahlu bait dan
sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi
Muhammad SAW.
Ada diantara orang-orang yang menga-ku
mengagungkan dan memuliakan para saha-bat
Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi
Muhammad SAW. Akan tetapi mereka punya
penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh
dari kitab Allah dan sunnah Rasululloh SAW
yaitu dari kaum jabariah dan qodariyah
Disaat seperti itu muncullah seorang yang
dinobatkan sebagai Imam besar yang telah
berusaha untuk membersihkan aqidah ahlu
sunnah wal jamaah yang benar dari unsur luar
dan menjerumuskan. Dan muncullah cetusan-
cetusan ilmu aqidah yang benar yang dari
masa ke masa dan menjadi pegangan umat
Islam sedunia yaitu aqidah ahlu sunnah wal
jamaah asy’ariyah.
Asy`ariyah adalah sebuah pergerakan
pemikiran pemurnian aqidah yang dinisbatkan
kepada Imam Abul Hasan Al-Asy`ariy. Beliau
lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan
dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di
Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.
Imam Al-Asy`ari pernah belajar kepada ayah
tiri beliau yang bernama Al-Jubba`i, seorang
tokoh dan guru dari kalangan Mu`ta-zilah.
Sehingga Al-Asy`ari mula-mula men-jadi
penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H.
Namun setelah beliau mendalami paham
Mu`ta-zilah hingga berusia 40 tahun,
terjadilah debat panjang antara beliu dengan
gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah.
Debat itu membuatnya tidak puas dengan
konsep Mu`ta-zilah dan beliau pun keluar dari
paham itu dan kembali kepada pemahanan
AhliSunnah Wal-jamaah.
Imam Al-Asy`ari telah berhasil mengem-
balikan pemahaman sesat kepada aqidah yang
benar dengan kembali kepada apa yang pernah
di bangun oleh para salaf(ulama sebelumnya)
dengan senantiasa memadukan antara dalil
nash (naql) dan logika (`aql). Dengan itu belaiu
berhasil melumpuhkan para pendukung Mu`ta-
zilah yang selama ini menebar fitnah ditengah-
tengah ummat Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan
sejak berkembangya aliran Asy`ariyah inilah
Mu`tazilah berhasil diruntuhkan.
Dan kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu
mempunyai peran dalam membela aqidah yang
benar aqidah ahlisunnah waljamaah.
Dan terbukti dalam sejarah perkembangan
Islam ulama Asya’irohlah yang memenuhi
penjuru dunia. Merekalah ahli sunnah yang
sesungguhnya.
Adalagi pakar aqidah yang semasa dengan
Imam Abul Hasan Asy’ari yaitu Imam Abu
mansur Almaturidi. Secara umum tidak ada
perbedaan diantara keduanya. Hanya karena
yang tersebar di Indonesia maka kami sebut
lebih sering Asy’ariyah.
Wallohu a’lam bishshowab
Thursday, 2 April 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment